Ketika orang menyebut nama kabupaten Purworejo, pasti orang tidak akan terbayang mengenai objek wisatanya. Banyak orang beranggapan bahwa objek wisata di Purworejo kurang menarik. Rasa penasaran terhadap kabupaten ini mencuat ketika kami mendengar nama Goa Seplawan, sebuah goa yang terletak di sebelah timur kabupaten Purworejo yang terletak di Pegunungan Menoreh.
Goa Seplawan terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing kabupaten Purworejo dengan ketinggian 700 mdpl sehingga udaranya sangat sejuk. Panjang Goa Seplawan lebih kurang 700 m dengan cabang-cabang goa sekitar 150 - 300 m dan berdiameter 15 m.
Perjalanan menuju ke Goa Seplawan ditempuh dari Yogyakarta melewati kota Wates dan dilanjutkan melewati jalur alternatif yang terdapat di jalan utama penghubung Wates – Purworejo. Wajar selama perjalanan kami melewati beberapa bagian jalan yang rusak. Untuk menuju ke lokasi objek wisata pun kami sempat tersesat karena minimnya papan petunjuk informasi menuju objek wisata. Kawasan disekitar Goa Seplawan ini merupakan sentra peternakan kambing ettawa, wajar bila nama objek wisata ini seakan tenggelam dan tidak dikenal. Sebelum memasuki kawasan Goa Seplawan, kami disambut sederetan hutan pinus dan tumbuhan paku-pakuan yang terletak disamping kiri dan kanan jalan. Setelah membayar karcis dan memarkir kendaraan akhirnya kami berjalan menuju ke mulut goa.
Pada persimpangan jalan terdapat replika patung emas Dewi Syiwa dan Dewi Parwati dimana patung aslinya ditemukan di dalam goa. Karena pintu goa terletak dibagian bawah, kami berjalan menuruni anak tangga. Memasuki mulut gua kesan sunyi mulai menyeruak, maklum walaupun hari libur suasana kawasan wisata ini tampak sepi. Ruangan pertama dalam gua sudah dibuat anak tangga dibagian tengah dan lampu penerangan kecil untuk membantu pengunjung menikmati pesona dinding goa berikut stalaktit dan stalakmitnya.
Anak tangga berakhir ketika memasuki sebuah kolam dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Dari kolam tersebut kami melewati sebuah celah sempit dengan membungkukkan badan dan memasuki ruangan dibagian dalam yang lebih luas dan tinggi. Di dalam ruangan ini sudah diberi penerangan lampu walaupun cahaya yang dipancarkan tidak cukup terang sehingga pengunjung tetap membawa senter sebagai penerangan. Di dalam ruangan ini terdapat sungai bawah tanah yang berukuran kecil dan dangkal. Kami melewati sungai bawah tanah tersebut dan menelusuri aliran hulunya untuk menuju ke bagian dalam goa.
Karena saat pertama kali ditemukan pada tanggal 28 Agustus 1979, di dalam salah satu lorong goa ditemukan sebuah arca sepasang dewa dewi yang terbuat dari emas murni. Keberadaan patung sepasang dewa dewi yang tak lain adalah Dewa Syiwa dan Dewi Parwati (seberat 1,5 kg) tersebut, menunjukkan kalau Goa Seplawan sebelumnya dijadikan sebagai tempat pemujaan.
Disebuah belokan lorong goa terdapat area tempat ditemukan arca emas. Diarea tersebut hanya diberi papan keterangan mengenai lokasi penemuan arca emas Dewi Syiwa dan Dewi Parwati tanpa ada penjelasannya. Perjalanan kami coba hingga mencapai batas lorong goa yang diperbolehkan untuk diselusuri pengunjung karena setelah batas tersebut. Perjalanan menelusuri goa harus menuruni jurang yang cukup dalam terlebih dahulu dan diperlukan perlengkapan yang lengkap. Akhirnya kami mengakhiri perjalanan menelusuri goa dan keluar dari goa. Dalam perjalanan menuju pintu keluar objek wisata Goa Seplawan, kami menemui sebuah puing-puing batuan yang tidak berbentuk dan konon dahulu berupa candi yang dinamai Candi Gondoarum.
Menurut cerita pemandu, candi ini diduga lebih tua dari pada Candi Borobudur. Dan disebut Gondoarum karena waktu lingga yoninya diangkat, keluar semerbak bau harum. disebelah reruntuhan Candi Gondoarum terdapat lingga dan yoni yang diberi cungkup sederhana untuk melindunginya.
Di kawasan wisata Goa Seplawan juga tersedia villa dan disebelahnya terdapat gardu pandang yang dapat melihat pemandangan pegunungan Menoreh yang cukup indah. Cukup disayangkan, pemandangan dari gardu pandang tertutup kabut tebal ketika tiba di gardu pandang sehingga kami tidak dapat melihat pemandangan pegunungan.
Patung replika sesuai dengan bentuk arca emas Dewa Siwa dan Dewi Parwati yang ditemukan di dalam Goa Seplawan, memiliki ukuran yang lebih besar dari aslinya.
Panorama menghijau di area sekitar tangga masuk Goa Seplawan.
Tangga masuk Goa Seplawan melewati batu berongga.
Tangga masuk Goa Seplawan melewati batu berongga.
Kolam kecil di dalam Goa Seplawan yang harus dilewati jika ingin meneruskan perjalanan, berlanjut dengan menaiki batu besar setinggi dada, kemudian berjalan jongkok di tanah berlumpur karena ketinggian langit-langit goa yang menyempit.
Salah satu stalagtit yang menempel pada dinding Goa Seplawan.
Ceruk yang terdapat pada salah satu dinding Goa Seplawan, berupa kolam kecil dan jalan sempit seperti anak tangga dari batu alami yang entah menuju kemana.
Terdapat jeram kecil yang harus dilewati dengan keindahan bentuknya ketika menyusuri sungai bawah tanah.
Tempat ditemukannya 22 karat arca emas peninggalan zaman Hindu Siwa pada tanggal 15 Agustus 1979 setinggi 9 cm dan berat 1,5 kg, berupa patung sepasang pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan, diyakini oleh para ahli arkeolog sebagai Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang kini disimpan di Museum Nasional.
Tiang batu pada dinding Goa Seplawan yang terbentuk dari penggabungan stalagtit dan stalagmit secara alami dalam kurun waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun (pertumbuhan stalagtit rata-rata 0,13 – 3 mm per tahun).
Rangkaian stalagtit yang masih belum begitu panjang tampak berjejer dan menempel pada dinding Goa Seplawan.
Ujung perjalanan berupa jurang yang dikatakan belum diketahui kedalamannya, karena eksplorasi belum bisa dilakukan oleh sebab tipisnya oksigen. Ada juga cerita, dulu pernah mencoba dieksplorasi tapi petugas yang turun ke bawah tidak kembali lagi.
Pohon yang tumbuh di atas batu pada area masuk Goa Seplawan, di belakang patung replika. Satu-satunya yang ada disitu, sendiri..
0 komentar:
Posting Komentar